Naik-naik kepuncak gunung, tinggi-tinggi sekali


Terik matahari bawah kaki Gunung Rinjani
Dekat dimata namun jauh dikaki, begitulah peribahasa yang digambarkan dari perjalanan kami kali ini yaitu pendakian di gunung Rinjani 3.726 m dpl. Walaupun tujuan utama bukanlah pendakian namun kegiatan Magang/KKN, tapi ketika sampai di salah satu Resort Taman Nasional Gunung Rinjani kami disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah yang membuat kami tak sabar untuk berada di atas puncaknya.

End then setelah 3 minggu kami menjalankan kewajiban kami pun menyusun rencana untuk mendaki, pendakian kami mulai dari jalur Sembalun karena kebetulan kami menginap di Resort Sembalun. Perjalanan dimulai pagi hari yang begitu cerah, tapi ketahuilah pagi hari yang cerah itu sangatlah dingin. Sembalun salah satu jalur pendakian yang paling banyak diminati mulai dari pendaki lokal maupun turis, tak heran sepanjang jalur pendakian selalu ramai setiap harinya. 
Perjalanan hari pertama kami menginap di pos II, dengan alasan kalau dilanjutkan dan menginap di pos III akan susah mendapatkan air (itu hanya alasan kami yang sedang kelelahan wkwkwkw). Malam pertama yang begitu indah dengan bertabur bintang di langit, sambil bercengkrama bersama teman-teman pendaki lainnya. Malam yang begitu dingin bagi kami pendatang yang terbiasa tinggalnya di suhu 30° C dan harus tinggal di desa dengan suhu 20° C -12° C (pasti kebayang dinginnya). 

Pagi dingin dengan segelas kopi, Pos II (itu namanya barugak kalau di Lombok wkwkkw )

salah satu bukit penyesalan yang harus dilewati

Setelah tidur yang nyenyak mengalahkan nyenyaknya tidur dikamar hotel berbintang, perjalanan dilanjutkan menuju pos terakhir atau yang dikenal dengan nama Pelawangan Sembalun pos terakhir sebelum menuju puncak. Selama ini hanya mendengar cerita teman-teman yang pernah mendaki ke Rinjani yang katanya ada jalur penyesalan namanya yang setelah saya jalanai emang benar-benar agak menyesal. Karena harus melewati tujuh bukit yang terjal dimana rasa menyesal itu muncul kalau melanjutkan perjalanan sudah hampir tidak kuat, kalau turun menyesal karna sudah nanggung heheheh. Tapi karna niatnya ingin menikmati keindahan di puncak kaki dipaksakan saja untuk melangkah, kenapa agak terpaksa karna sudah lama tidak melakukan latihan fisik. Pesennya sebelum kegiatan traveling terutama pendakian lebih baik latihan fisik terlebih dahulu agar kakinya kuat dan pernapasannya baik hehehe. 


pemandangan hamparan dome beserta kabut di Pelawangan Sembalun

Sesampainya di Pelawangan hari sudah sore matahari mulai bersembunyi, pemandangan yang indah diselimuti kabut yang tebal, tapi sayang kami tidak bisa melihat danau Segara Anak karena ketutup kabut. Namun  hamparan dome yang memenuhi Pelawangan sangat manarik bagi saya ( agak sedikit katrok sih ya, tapi kan setiap orng memiliki penilaian yang berbeda tentang keindahan hehehe).

Malam kedua kami harus beristirahat lebih awal selain karena cuaca yang sangat dingin juga karena subuh harinya kami harus melanjutkan pendakian menuju puncak Rinjani. Kenapa harus subuh hari demi menghindari kabut dan badai di puncak, yang ditunggu-tunggu akhirnya pendakian ke puncak kami lakukan pukul 03.00 subuh. Perjalanan yang lumayan karena jalur yang kami lalui bebatuan kerikil, belum di tambah lagi angin kencang dan kabut, tapi semua terbayarkan akan keindahan pemandangan yang disuguhkan dari atas puncak.
yeyeyeye ini adalah pemandangan yang dinantikan danau Segara Anak, lelah pun terbayarkan. TOP MT RINJANI 3726 m dpl. 

Perjalanan kami tak hanya mendaki gunung saja, tunggu next cerita edisi traveling to Lombok ya, kenapa karena kami masih belum bisa move on dari keindahan alam di Lombok Nusa Tenggara Barat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengunjungi Desa Tamong

Makanan Khas Kalbar

Pulau Lemukutan