Mengunjungi Desa Tamong


Disaat kuliah libur panjang dan secara kebetulan butuh piknik ehh tiba-tiba dapat tawaran mengunjungi desa diatas awan, yaitu Desa Tamong karena berada diatas bukit dengan ketinggian kurang lebih  420 mdpl. Pengalaman kali pertama  ke desa tamong dan  sangat-sangat excited karena harus melewati perjalanan naik turun bukit, nyebrang sungai dan melewati banyak jembatan dengan ojek sepeda motor. Cukup membuat urat leher tegang dan tangan harus berpegang erat karena takut jungkir balik dari atas motor (emang agak parno sih hehehe).

Perjalanan menuju Desa Tamong

Tak cukup hanya perjalananya saja yang memberikan kenangan sepanjang masa, tapi juga masyarakat di desa Tamong. Sebelum bercerita lebih jauh, tujuan utama mengunjungi desa tamong adalah sebagai mentor kegiatan ekpedisi wajib anggota muda Mapala Untan di team Sylva Aegris Expedition. Dimana di dalamnya terdapat tiga muatan penting yaitu pengabdian kepada masyarakat, penelitian dan pendakian.



Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan diantaranya pemberian buku bacaan/ pelajaran ke sekolah, mengadakan lomba mewarnai, menulis cerita dan menulis rangkai untuk adik-adik di Sekolah Dasar  Negeri 03 Tamong. 

Simbolis penyerahan buku bacaan/ pelajaran



Antusias adik-adik untuk mengikuti lomba sangat besar, meski pada hari itu tidak ada pelajaran mereka tetap bersemangat ke sekolah melewati jalan yang naik turun selama kurang lebih 20 menit dengan jalan kaki. Tak sampai di situ buku-buku yang didapatkan dari donasi teman-teman di kota diserahkan ke pihak sekolah dengan harapan dapat menumbuhkan minat membaca dan belajar bagi adik-adik. 

Foto bersama adik-adik dan para guru SD N 03 Tamong
Foto : @megapratw_

Selain itu pembuatan plang desa serta gotong royong membersihkan tempat ibadah dan membagikan tempat sambah.




pembuatan plang bersama adik-adik di Desa Tamong
Foto : @megapratw_


Penelitian yang dilakukan meliputi pendataan jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar desa. Untuk pendakian dilakukan di gunung angah 1221 mdpl sebagai penerapan materi-materi yang telah diberikan untuk diaplikasikan dilapangan, seperti manajemen perjalanan, navigasi darat, survival, kepemimpinan dan mountaineering.

Penerapan materi navigasi darat


Selain panorama desa yang masih hijau dan asri, di desa tamong juga ada banyak air terjun dua di antaranya yang dapat ditemui Moek Nga’neg (dalam Bahasa lokal) kemudian Moek Nge’ekng ( moek artinya air terjun ). 

Moek Nga'neg
Foto : @megapratw_

Juga terdapat Rumah Adat Balok Sabe’kn Dayak Bina’eh yang mana dijadikan sebagai tempat upacara adat oleh masyarakat pasca panen sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada leluhur. Rumah adat ini tidak bisa sembarang orang memasukinya, dan hanya bisa dimasuki ketika ada upacara adat.
Moek Nge’ekng
Foto : @mba.rantiika


Rumah Adat Balok Sabe’kn Dayak Bina’eh
Foto : @megapratw_




















Tamong desa yang berada di atas bukit dan dikelilingi sungai-sungai dengan mata air dari pegunungan yang begitu jernih, masyarakat tidak perlu membeli air untuk keperluan masak, minum, mandi maupun mencuci. Selain empat fungsi utama air bagi masyarakat di tamong aliran airnya juga berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) tepatnya di sungai merah. 

Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Foto : @aghoez_dw

Desa yang masih kental dengan adat istiadat, serta pemanfaatan alam dengan baik dimana bisa menangkap ikan di sungai, ada yang berladang, menanam sayur juga buah-buahan. Sungguh keseharian yang akan selalu dirindukan dari masyarakat di sana dan semoga dapat berkunjung kembali suatu saat nanti.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan Khas Kalbar

Pulau Lemukutan